Ngaji Bareng Surah Al-Mulk (7)



NGAJI BARENG SURAH AL-MULK (7)
Ayat 13-14

وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ ۖ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (13)
"Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati."

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14)
"Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?"

Pelajaran yang diberikan ayat-ayat ini, antara lain:

Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, bahwa kaum musyrikin berkumpul membicarakan rencana untuk mengganggu dan menghalangi dakwah Rasulullah. Mereka berkata, "Jangan bicara keras-keras, nanti terdengar oleh Tuhannya Muhammad!" Maka Allah pun menurunkan ayat di atas, yang menegaskan bahwa sama saja mereka bicara keras atau bisik-bisik, Allah pasti mengetahuinya.

Ada 3 nama Allah (asmaul husna) yang disitir di sini, yaitu “al-'aliim” (العليم), “al-lathiif” (اللطيف), dan “al-khobiir” (الخبير). Kaidah yang berlaku: makna setiap Asmaul Husna pasti berhubungan dengan apa yang dibicarakan dalam ayat dimana ia disebutkan. Di saat bersamaan, sebagaimana terlihat pada Asbabun Nuzul (sebab-sebab penurunan ayat) di atas, ketiga Asamaul Husna ini sebenarnya saling melengkapi.

Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari Allah, baik yang di langit maupun bumi, di lautan maupun daratan. Allah bahkan mengetahui apa yang terbetik di dalam hati. Jika yang seperti itu pun Dia ketahui, apalagi yang tampak. Ini kembali menegaskan ke-Maha Tahu-an Allah yang disinggung pada bagian sebelumnya, terkait dosa dan pengampunan (ayat 12). Inilah salah satu makna dan gambaran dari al-'Aliim.

Dua Asmaul Husna lain, Al-Lathiif dan Al-Khobiir, sangat sering disitir beriringan dalam Al-Quran seperti di ayat ini. Maknanya saling menguatkan. Jika disebut sendirian dan terpisah, biasanya Al-Lathiif merujuk kepada makna lain.

Ada dua makna Al-Lathiif. PERTAMA, berhubungan dengan makna aslinya, yaitu segala sesuatu yang lembut, kecil, detil, tersembunyi, rahasia. Allah mengetahui hal-hal yang sangat kecil dan tersembunyi sehingga disebut demikian. Dalam ayat di atas, makna inilah yang dimaksudkan. KEDUA, berarti menangani dan mengurus secara khusus yang dengannya segala kemaslahatan lahir batin hamba-Nya terwujud sempurna melalui jalan-jalan yang tidak mereka sadari. Makna ini misalnya dipakai pada QS. Asy-Syura: 19 dan Yusuf: 100.

Allah berfirman:

اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ
"Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada yang di kehendaki-Nya...." (QS. Asy-Syura: 19).
--- Bahwa siapa yang diberi rezeki dan seberapa besar kadarnya sebenarnya sudah ditakar sedemikian rupa, yang menjadi kebaikan bagi kita, meski kita tidak mengerti rahasia di baliknya.

إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ
"Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki." (QS. Yusuf: 100).
---- Bahwa Nabi Yusuf mengakui semua yang terjadi atas beliau semata-mata adalah perencanaan dan pengaturan Allah, tanpa beliau sadari sampai akhirnya tersingkap seluruhnya, sehingga beliau pun bersyukur dan mengakui karunia Allah tsb.

Ada teramat banyak anugerah yang Allah siapkan bagi kita tanpa kita sadari, tidak atas permintaan kita pula, yang tanpanya kehidupan kita pasti rusak atau sengsara. Sekedar contoh adalah sistem daur oksigen/karbon dioksida, cahaya matahari, air, tanah, sistem di tubuh kita, dsb. Pesan-pesan ini kembali mengingatkan kita pada ayat-ayat terdahulu yang berbicara tentang kesempurnaan ciptaan dan pengaturan Allah di alam raya.

Bila kita dimudahkan untuk menjalani sesuatu dan dijauhkan dari kesukaran, maka itulah wujud Lathiif-Nya kepada kita. Bila beragam sebab eksernal maupun internal yang berada di luar kuasa kita telah hadir, dan dengan itu kita meraih aneka kesuksesan, maka itu juga wujud dari Lathiif-Nya. Bersyukurlah! Sungguh terlalu banyak pemberian-Nya untuk kita yang tidak kita sadari.

Adapun Al-Khobiir, maknanya adalah: Dzat yang pengetahuan-Nya sanggup menyingkap seluruh rahasia. Dalam penggunaan sehari-hari, orang yang sangat ahli dan berpengalaman dalam suatu bidang disebut juga "khobiir". Makna dari Asamaul Husna ini merujuk kepada pengetahuan atas hal-hal yang teramat detil dan kecil, sangat tersembunyi dan rahasia; terlebih-lebih lagi yang lahiriah dan gamblang.

Wallahu a'lam.