NGAJI BARENG SURAH AL-MULK (5)
Ayat 12
إِنَّ الَّذِينَ
يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ
بِالْغَيْبِ لَهُمْ
مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ
كَبِيرٌ (12)
"Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya
Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang
besar."
Sebagian pelajaran ('ibrah) bagi kita darinya:
Sudah menjadi karakteristik pesan-pesan Qur'ani, bahwa ia sering
menyandingkan sesuatu hal dengan lawannya untuk menguatkan pesan yang ingin
disampaikan. Pada ayat-ayat terdahulu telah disitir tentang perilaku syetan dan
orang kafir, berikut ancaman Allah kepada mereka berupa siksa Jahannam. Di
sini, kemudian dikemukakan kebalikannya yaitu perilaku kaum beriman dan karunia
yang Allah janjikan berupa ampunan dan balasan yang besar.
Demikianlah sifat Al-Quran sebagai "busyro" (بشرى) atau kabar
gembira sekaligus "indzar" (إنذار) atau
ancaman/peringatan. Masing-masing punya fungsi dan obyek berbeda. Sebagai guru,
orangtua, pemimpin pun mestinya demikian. Harus imbang di antara keduanya. Ada
reward, ada punishment. Ada teguran, ada penghargaan.
Frase "yakhsyauna robbahum bil-ghoibi" (يخشون
ربهم بالغيب) bisa dimengerti dengan dua cara, berdasar alasan-alasan
semantik tertentu. PERTAMA, seperti dalam terjemah di atas, dimaknai:
"mereka takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka". Di
sini, yang "ghoib" adalah Allah. Seorang mukmin merasa takut kepada
Allah meski pun ia tidak melihat-Nya. Imannya telah melampaui indra, tidak
tergantung kepada materi. KEDUA, bisa pula dimaknai begini: "mereka takut
kepada Tuhannya ketika mereka tidak nampak oleh orang lain", alias sedang
sendirian. Seorang mukmin adalah hamba Allah yang berintegritas tinggi. Baik di
depan orang atau sendirian, sikap dan perilakunya sama dan konsisten. Jika ia
tidak korupsi atau berzina terang-terangan, demikian pula ia tidak melakukannya
sembunyi-sembunyi.
"Maghfiroh" (مغفرة) artinya ampunan, dan makna aslinya tutup.
Ampunan disebut "maghfiroh" karena Allah menutupi dosa dan kesalahan
kita. Allah tidak membongkarnya, tidak mengungkitnya, tidak menuntutnya,
menganggapnya tidak pernah ada. Jadi, orang yang diampuni bukan berarti tidak
pernah berdosa; dan sifat Allah yang Maha Pengampun bukan berarti tidak tahu
pelanggaran kita atau tidak mampu menjatuhkan hukuman.
Berhati-hatilah! Allah tahu dosa-dosa kita, tapi Dia membiarkannya. Bisa
jadi Dia mengampuni, bisa jadi hanya menunda hukuman saja. Jangan merasa aman,
karena kita tidak tahu pasti yang mana dari keduanya yang diberikan untuk kita:
ampunan atau penundaan? Jangan merasa selamat jika kesalahan dan dosa kita
tidak terbongkar hari ini, sebab Allah tidak pernah lupa. Bertaubatlah!
Mohonlah ampunan dan berupayalah agar Dia tidak marah lalu membuka aib-aib
kita. Sungguh Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Di sini, pahala diberi sifat "yang besar" (ajrun kabiir).
Ini untuk mengimbangi pernyataan ayat sebelumnya, yaitu "dholalun
kabiir" (kesesatan yang besar), pada ayat 9. Kaum kafir benar-benar
tersesat, dan berakhir dalam neraka yang menyala-nyala. Kesesatan besar yang
mengantar pada azab besar. Sebaliknya, pahala besar yang didapat kaum beriman
juga bermula dari kebajikan besar, yaitu merasa takut kepada Allah. Inilah
puncak ilmu.
Sebagaimana dinyatakan para ulama, siapa pun yang tidak takut kepada Allah
sebenarnya dia bodoh, tidak berilmu, jahil. Dia tidak mengerti sedang
berhadapan dengan siapa. Maka, ilmu apa pun yang tidak membuat pemiliknya
merasa takut kepada Allah, itu sebenarnya hanya fatamorgana dan bisa
ditunggangi syetan untuk menjerumuskan manusia. Semakin pintar maka maksiat dan
kelicikannya semakin canggih. Na'udzu billah.
Rasa takut itulah yang mencegah manusia berbuat zhalim, curang, maksiat,
menipu, korupsi, selingkuh, dsb; biar pun mereka tidak melihat Allah, biar pun
tidak ada orang lain yang memergokinya. Orang-orang dengan karakter seperti
inilah yang akan membuat dunia aman dan keadilan merata, sehingga pantas jika
dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan mereka dimaafkan oleh Allah bahkan diberi
penghargaan yang besar. Sebab, kebaikan yang mereka persembahkan kepada alam
raya seisinya lebih besar dibanding kadar dan efek kekhilafannya. Ayo kita
berupaya menjadi bagian dari kaum ini!
Wallahu a'lam.