Membedakan Ujian dari Azab



Bismillahirrahmanirrahim

MEMBEDAKAN UJIAN DARI AZAB

Ujian, musibah, dan kesulitan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia di dunia. Ada banyak ayat dan hadits yang menjelaskannya. Hanya saja, ada pula banyak ayat dan hadits yang menunjukkan bahwa musibah-musibah tertentu merupakan azab dari Allah akibat kedurhakaan manusia. Lantas, bagaimana kita membedakannya?

Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah-payah.” (QS. Al-Balad: 4). Di tempat lain, Allah juga berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Dalam konteks lain, Allah menjelaskan bahwa azab-Nya bisa turun kontan di dunia ini. Ketika membicarakan kaum munafik, Allah berfirman: “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah: 85).
Jadi, penampakan lahiriah suatu musibah bisa saja sama, namun hakikatnya di sisi Allah sangat berbeda. Yang satu adalah ujian yang berbuah ridha, sedang lainnya merupakan azab yang bermula dari murka-Nya. Agar kita bisa memilahnya dengan benar, ada beberapa poin penting yang harus kita pahami.
PERTAMA, ujian diberikan sesuai level penerimanya. Allah lebih mengetahui kadar keimanan kita masing-masing, sehingga “pertanyaan” seperti apa yang dikeluarkan-Nya di “lembar soal” sudah ditakar dan diverifikasi sedemikian rupa. Sa’ad bin Abi Waqqash pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi, kemudian setingkat demi setingkat (di bawahnya). Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Jika agamanya kokoh, maka semakin hebat pula cobaannya. Jika agamanya ringkih, maka ia akan diuji sesuai kadar agamanya itu. Cobaan akan terus-menerus menimpa seorang hamba sampai ia meninggalkan hamba itu berjalan di muka bumi tanpa membawa dosa sedikit pun.” (Hadits hasan-shahih. Riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi).
Dengan kata lain, ciri musibah yang merupakan ujian dari Allah adalah jika sesuai dengan kadar agama penerimanya. Maka, bila seseorang yang agamanya berantakan mendapat musibah yang sangat berat, ada kemungkinan itu merupakan azab.
KEDUA, ujian adalah satu diantara sekian banyak cara Allah untuk menghapuskan dosa dari hamba-hamba yang dicintai-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seorang muslim melainkan dengan itu ada dosa yang dihapuskan darinya, bahkan melalui sebatang duri yang menusuknya.” (Riwayat Muslim, dari ‘Aisyah).
Terkadang, ada dosa-dosa kecil yang tidak disadari, terlupa, atau dianggap sepele. Hampir pasti dosa-dosa semacam ini tidak akan pernah dimintakan ampunan kepada Allah, sebab seseorang hanya minta ampun jika ia merasa bersalah dan ingat. Maka, melalui musibah itu Allah hendak menghapuskannya dari seorang hamba tanpa ia menyadarinya. Sebaliknya, bila kehidupan seseorang dilumuri dosa-dosa besar dan ia tidak tergerak untuk bertaubat, lalu musibah datang menimpa, sangat mungkin itu merupakan azab.
KETIGA, ujian merupakan salah satu tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala itu disertai dengan besarnya ujian pula. Sungguh bila Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti menguji mereka. Barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan (dari Allah), dan barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan pula (dari Allah).” (Riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Anas. Hadits hasan).
Maka, bila seseorang diketahui banyak beramal shalih namun hidupnya diliputi aneka musibah, ketahuilah bahwa itulah cara Allah untuk membuatnya tetap dan semakin dekat kepada-Nya. Sebaliknya, jika seseorang diketahui banyak bermaksiat dan hidupnya dilanda beragam musibah, kita sudah tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.
KEEMPAT, ujian merupakan cara Allah untuk menaikkan derajat seseorang di sisi-Nya. Sudah barang tentu ujian seperti ini sangat memperhatikan kemampuan penerimanya dan demi keuntungannya pula. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila seorang hamba telah diketahui oleh Allah akan mencapai suatu kedudukan tertentu yang tidak akan bisa dicapai oleh amalnya, maka Allah akan mengujinya pada badannya atau hartanya atau anaknya, kemudian Allah akan membuatnya bersabar sehingga Dia akan membawanya sampai kepada kedudukan yang telah diketahui-Nya itu.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, al-Baihaqi dalam al-Kubra, Abu Ya’la, dan ath-Thabrani dalam al-Ausath dan al-Kabir. Hadits hasan li-ghairihi).
Bisa jadi seorang hamba itu dalam pandangan Allah sebenarnya layak menduduki derajat tertentu di sisi-Nya. Namun, entah karena kemalasan, keterbatasan, atau sebab-sebab lain sehingga amalnya tidak mungkin membawanya sampai ke sana. Maka, ujian pun turun untuk “membantunya” naik pangkat secara instan. Di sini, Allah turun tangan dan tidak membiarkannya sendirian. Maka, diantara ciri musibah semacam ini adalah jika penerimanya dikaruniai kesabaran. Sebab, entah besar atau kecil, setiap musibah sebenarnya berpotensi merontokkan pertahanan mental manusia. Alhasil, ketika seseorang diberi musibah lalu ia berputus asa, bisa jadi itu menjadi penanda azab dari-Nya.
Wahai orang-orang yang tengah dilanda musibah dan dukacita, di manakah posisi Anda sekarang? Adakah yang Anda alami merupakan ujian atau azab? Perhatikan diri Anda sendiri! Semoga Allah memberi Anda kebaikan di balik setiap musibah yang diberikan-Nya, sebab Dia tidak akan pernah menzhalimi siapa pun. Wallahu a’lam.

[*] Alimin Mukhtar. Ahad, 17 Muharram 1436 H.